Monday, September 18, 2006

THE JOY OF WASHING DISHES

I was talking idly with my sister in her room. Her two year old daughter playing around with our purses and chatted animatedly to herself.
We were discussing this and that, and then we arrived at the subject : house chores.

“I prefer washing, washing clothes, or washing dishes. I love playing around with a lot of water. Washing dishes is definitely my favorite,” I spoke without thinking.

“Yes, it is. And you definitely enjoy doing it. You always took time doing it, and you were always singing all the while. Seemed like you were really absorbed in it,” she blurted out.

Did I? I know I prefer washing dishes to other chores, but didn’t realized that I liked it so much, to the point of making other people notice it.

But I do, I always do since as long as I can remember.

Our house was always full of people, and there were always plenty of dishes to wash.
I have four sisters, with our parents, it makes 6. Sometimes we have servant around, but not always.
When there’s no one to help around, we share chores. My mom and dad did the washing, by hand. We helped putting them in line.
In the afternoon, we swept the house, ironed the clothes, and washed the dishes.
I ironed half the clothes, my sister he other half. We would take turn in doing the other tasks.
If I washed dishes, she swept, or the other way around. But most of the time I chose washing the dishes.

We don’t wash dishes in the sink. We have a small clearing at the back of the house with two taps running well water by the help of a small jet pump.
Under the taps, 2 large plastic pails.

Washing the dishes was almost like a ritual.
I would make a call around the house, rounding everything up. With three under-aged children, my sister and myself, there are dirty utensils everywhere, glasses, small plates.
After gathering everything up, I would collected it and put it on the clearing.

I collected the glass on one end, the plates and cook-wares on the other.
I made sure any leftovers and debris are collected in the bin, and then I watered the plates to remove dried or caked dirt.
And then I would stack plates and bowls by size, big ones at the bottom.

Washing dishes take steps. I don’t wash them in random order.
Glasses first, then bowls, plates, spoons, forks and knives.
Cook-wares and big sized utensils last, especially if they’re super dirty and with lots of soot from cooking.
When everything is clean and covered with soap, I would take extra care in watering each and every one of them, and then immersing them in a pail full of clean water brimming to the sides.
I wiped them underwater, removing any remained soap and brushed them with my bare hand till everything is squeaky clean.
Then I would strain them in another pail.
Glasses first, I put them up-ended to let remaining water run down the strainer.
Small bowls, big bowls, plates, all were up-ended. Spoons, forks and knives were next, so that they’re easy to find if we need some clean ones. Next were large cook-wares.

Dishes done, I would clean the clearing with remaining water in the big pail.
Slosh…, slosh… out went the water.

When the dishes were extremely plenty, it could take half an hour to finish them all because I took extra care. I made sure every surface is squeaky clean, fragrant, no residue of bad smelling fish or traces of oil.
And I was always singing or humming a song of two.
When I was washing dishes, I was free and wandering wherever I like.
Now that I think of it, it really gave me a sense of serenity and peace.
That’s why I love doing it in mid mornings or afternoons, when the sun is warm and everything seemed idyllic.
Blaring sun and rain are nuisances. I didn’t like doing it at night either because the darkness gives a sense of urgency. I barely enjoyed it that way.

I don’t wash that much anymore now I’m living alone. There is a large sink at my boarding house but it always smells of wet napkins. It makes me nauseated.
Sometimes I wash dishes at my boyfriend’s house. The sink is nice and clean, though it’s really different from the clearing at the back of my house.
Next time I go home, I’ll make sure I wash plenty of dishes.

MATI LAMPUUUUU!!!!!

Tanggal 18 September 2006, jam 2 siang, pas gw lagi asik dan mud kerja sambil browsing-browing gituh..., tiba-tiba... blep!
Komputer gw mati, lampu di kantor mati..., listrik mati gitu ajah, gada pemberitahuan.
Gw tunggu-tunggu, kok kayaknya sebelah laptopnya pada nyala, apakah ini cuman karena voltase turun aja?
Setelah tanya sana sini, ternyata emang ada pemadaman dari PLN.
Yang punya laptop emang masih bertahan karena ada batere, tapi begitu batere abis, ya udah... permisi aja deh.

Karena listrik udah lumayan lama mati, gw pikir gw mau ke ITC aja buat ngisi pulsa henpon.
Pas gw turun, OB gw sempet-sempetnya bilang, ”Mbak, matinya cuman bentar doang kok, katanya cuman 10 menit.”
Ooooh gitu toh, tapi gw tetep aja jalan ke ITC karena hp emang udah sekarat berat kaga ada isinya.

Pas gw balik dari ITC ternyata lampu belon nyala juga, malahan temen-temen gw lagi pada asik kongko-kongko sambil buka jendela karena semua AC mati.
Biasa deh, kalo lagi ngumpul-ngumpul gitu pasti akan timbul pembicaraan-pembicaraan aneh gak bermakna.
Gak ada paedahnya deh, kecuali buat ngilangin bosen sembari nungguin lampu nyala lagi.

Setelah kira-kira sejam gitu, kok lampu gak nyala-nyala yak?
Padahal hawa di kantor pun semakin panas karena ventilasi lumayan terbatas.
Gw tadinya udah niat banget pengen buka baju tuh, untung deh temen gw ada yang ngingetin untuk nggak melakukan perbuatan tercela itu, karena bisa-bisa seluruh Jakarta bisa kena kutuk nanggung dosa gw kalo sampe gw melakukan niat hati gw itu *hiperbola

Temen-temen kantor gw udah pada mulei stress karena sebenere mereka tuh dikejar deadline, sementara gw asik-asik aja.
Emang gw gada kerjaan ya??? Kok tenang-tenang aja??
Adaaaaa, tapi kan gw orangnya efisien dan optimis, jadi dalam keadaan apa pun gw tetep cerah ceria...*dezzzziiiig

Tunggu punya tunggu, akhirnya temen-temen gw itu pun ngungsi ke apartemen boss gw Pak Ben. Kebetulan apartemennya dia tuh jaraknya cuman sepelemparan batu sepeminuman teh doang dari kantor, alias depan-depanan.
Ya, itulah enaknya tinggal di apartemen, pasti maintenance buildingnya punya gen set dong ya..., kecuali kalo mati listriknya gara-gara ada tsunami menyerbu Jakarta, mungkin bakalan laen lagi ceritanya.

Nggak lama, kita pun nyusul, karena hawa di kantor tuh udah bener-bener bikin gerah.
Apalagi gw sempet kentut-kentut. Pastinya tindakan ugal-ugalan gw itu sukses meningkatkan suhu ruangan kantor gw secara signifikan, selain juga bikin beberapa temen sekantor gw pingsan beberapa saat, sementara yang masih sadar misuh-misuh dan terpaksa menggunakan masker oksigen yang ada di atas tempat duduk masing-masing, dan akan secara otomatis terbuka kalau tekanan udara di kabin menurun *kebanyakan baca petunjuk naek pesawat.

Ternyata ngantor di lobby apartemen enak juga tuh, tempatnya adem, apalagi di depan lobby ada pemandangan kolam renang dengan aernya yang biru, bener-bener suasana baru buat gw yang sehari-harinya cuman bisa mandangin tembok putih sama white board dengan tulisan tugas-tugas yang musti gw kelarin.
Selaen itu, tempatnya juga penuh dengan sofa-sofa empuk berukuran besar, jadi sambil mikirin kerjaan, kita bisa ngobrol, diskusi, tidur siang sambil selonjoran, nungging , maen polo aer, bakar sate dan nyobain resep dari majalah. *lah?? Ini lobby apartemen apa dapur umum ??

Lumayan lama deh kita nungguin listrik nyala lagih, gw udah sempet belanja di ITC, temen gw udah ngabisin keripik sekantong, bahkan gw udah sempet nyobain toilet di deket kolam renang, sambil ngetes rasa aer kolam, tapi listrik belom juga nyala.
Padahal langit udah mulai gelap nihhhh!!!
Pokoke kalo jam pulang kantor lampu belon nyala, gw mu pulang aja ah!

Ternyataaaaa..., pas jam lima lewat seperempat, lima belas menit sebelum jam pulang, listrik nyala lagih!
Tadinya gw mau pulang, apalagi ternyata komputer gw nggak mau dinyalain, tapi gw kok kepikiran kerjaan yang gw tinggalin tadi siang ya??? *sok rajin.
Setelah tuker-tuker colokan, ternyata kompie gw pun menyala deh, dan gw pun bisa browsing lagi.
Ternyata kerjaan gw masih banyaaaakkkkkk.
Pak PLN.., tolong yak, laen kali kalo mu mati listrik tuh kasi tau dong ah!

Eastern - All You Can Eat Dim Sum

Resto ini adanya di komplek ITC Permata Hijau yang selokasi sama kantor gw.
udah lama sih pengen nyobain makan disini, karena katanya enak, tapi abru kesampean hari Jumat kemaren.
Kebetulan gw pergi sama temen kantor gw yang sama-sama tergila-gila sama kaki ayam.

Suasana:
Tempatnya nggak terlalu besar, mungkin kapasitasnya cuman sekitar 30 orang, nggak jelas apakah lantai diatas dipake untuk resto juga.
Musiknya instrumental, mirip lagu gereja???
Yang jelas tempatnya adem, dan meskipun rame sama orang yang lagi makan siang, tapi nggak terlalu krodit banget, dan nggak dibedain antara ruangan smoking sama non smoking, tapi nggak ngaruh.

Pelayanan:
Begitu kita kasih tau kalo ktia mau akan dim sum all you can eat, langsung 2 orang waiter dateng bawa dorong-dorongan yang isinya kukusan dan gorengan.
Waiter nggak pernah ngebiarin gelas kita kosong, dan ketika minta es batu langsung dikasi segelas gede dan nggak pelit-pelit.

Makanan:
Surprisingly enak banget, soalnya makan dim sum disini murah, 38.800++ per orang.
Padahal gw makan di Shanghai Storm yang 50 rebu aja lebih nggak seenak ini .
Padahal Shanghai Storm itu di hotel loh!
Walopun semua menunya halal, tapi rasanya enak juga kok.
Pilihan Dim Sumnya memang nggak terlalu banyak, tapi semuanya yang biasa jadi favorit orang-orang.
Pilihannya antara laen :
Hakau (udangnya nggak pelit), Siomay, Seaweed, Lumpia Goreng, Lumpia Saus tiram, Pangsit Goreng Mayonaise, Kumis Naga, Bapau, Mace-macem kue manis-manis gitu, dan Lo Mai Kai alias sticky rice in lotus leaf.
Gw tuh baru kemaren nyobain Lo Mai Kai dan ternyata enak ya.., rasanya mirip sama bacang ketan. Untungnya Lo Mai Kai-nya tuh nggak terlalu jumbo ukurannya, jadi gw masih bsia makan yang laen-laen (dasar maruk).

Kalo menurut gw sih, ini resto recommended pisan, buat nraktir-nraktir juga bisa, kerna gak terlalu mahal dan rasanya juga representatip.
Gw kemaren abis 60 rebu, itu udah sama minum (chinese tea refill + 1 es teh ukuran gelas jumbo) dan tax.

Kalo gini caranya.., bisa-bisa gw sering-sering mampir nih, soalnya sama kantor gw tuh deket banget dan tinggal jalan doang...
Ini bahaya!

LUAR NEGERI MINDED NI YEEE!!!!

Ni, gw nulis gini nih, gara-gara donat doang!
Para warga Jakarta yang doyan wara – wiri dari mol ke mol pasti dah tau dong ya kalo beberapa waktu lalu tuh ada toko donat bernama J.Co yang bikin heboh karena antriannya yang luar biasa ituh.
Mosok mau beli donat aja kok kayak orang ngantri sembako gitu loh.

Menurut kabar-kabur, katanya itu donat ala amerika yang enak dan beda banget sama donat endonesa, begitu enaknya sampe-sampe orang mau ngantri minimal setengah jam untuk ndapetin donat barang selusin gituh.
Gw sempet penasaran juga, kayak apa sih rasanya donat yang bikin geger Jakarta itu? Tapi rasa penasaran gw sih nggak kebangeten, paling nggak, nggak sampe membuat gw mau merendahkan harga diri, ngantri berjam-jam hanya untuk beli donat doang.
Akhirnya, secara nggak sengaja, malah gw bisa nyobain tu donat tanpa pake acara ngantri segala, soalnya dikasih hehehe.
Komentar gw: ooooooh, ini toh donat amerika itu. Rasanya si biasa aja yah, malah enteng liyeng, alias ringan pisan, soalnya donat yang sebiji itu begitu digigit jadi mimpes, alias kempes. Pantesan aja orang pada beli banyak-banyak, bukan karena doyan tapi karena belon kenyang hehehe.
Wah bole juga strateginya yang jualan yak.
Tapi gw sih masih gak nemu alesan apa yang masuk akal untuk menjustifikasi perbuatan mengantri gila-gilaan hanya untuk beberapa potong donat amerika tea. Satu-satunya yang rada masuk akal tapi tetap bodoh menurut gw adalah : orang-orang emang demen cari sensasi.

Belon abis nih hebohnya J.Co ini, tau-tau orang-orang udah pada ribut lagi karena bakalan ada donat amerika yang baru yaitu Krispy Kreme.
Menurut orang-orang yanglebih tau dari gw si ye, Krispy Kreme ini toko donat yang beken banget di amrik sana, dan bahwa mas J.Co itu nyontek abis-bis donatnya Krispy Kreme ini, sampe nama donatnya juga ditiru, alias Original Glaze.
Kata yang udah pernah makan disononya, Kirspy Kreme ini lebih enak, lebih krispy dan pokona jauh lebih oke dari J.Co gitu deh.
Nah, pas Krispy Kreme ini outlet pertamanya dibuka, lumayan heboh gitu deh, soalnya antriannya tuh udah mulei dari jam 10 malem, padahal tokona bukanya besoknya.
Gila yak, norak banget tu orang-orang yang ngantri gituan, cuman buat donat doang.
padahal tu toko bukanya di pondok indah yang daerah elit gituh, pastinya yang ngantri juga bukan orang susah gitu loh.
Pokoknya ..., sebulanan kemaren, gw kenyang banget deh mendengear puja-puji rang tentang donat Amerika inih.

Na, kemareeeeen banget alias hari minggu, tiba-tiba gw tu dapet kesempatan nyoba donat heboh ini kerna kebetulan ada yang bawain.
Gw pengen tau dong, segimana dasyatnya rasa ni doant.
Sepotong donat pun masuk meluncur dengan lancar ke mulut gw....
Reaksi gw adalah nyengir sambil nahan rasa ngilu di gigi.
Asli donatnya muaniiiiisssssss pisannnnn. Mana rotinya juga kempes banget, gulanya tebel banget.
Ya oroh, gw berasa makan gula dipakein dona, bukan donat dipakein gula.
Duh, pokonya kacau deh...
Bener kata temen gw, paling enak juga donat kampung yang dijual abang-abang pake sepeda keliling.

Biark kata dari amerika.., kalo gak enak ya gak enak ajah...
Mendingan gw beli donat lokal aja deh, sekalian bantuin majuin bisnisnya orang endonesa, daripada gw ikut-ikutan trend tergila-gila sama donat luar.
Gw kan gak luar negeri minded ni yeeee

HEPI PANGKAT TIGA

Gw hari ini hepih pisan dong deh. Soale, ada beberapa kejadian penting yang berkaitan erat sama hasrat gw *halahhhh.

Hepi nomer satu
Hari ini kompie gw dah dipasangin sound card.
Tadina tu kompie emang rada-rada invalid soale gada suaranya.
Menurut gw keadaan ini sangat nggak adil buat si kompie.
Bayangin, gw berinteraksi tiap hari sama kompie, 8 jam sehari, 5 hari dalam seminggu.
Karena yang bisa ngomong cuman gw, ya tentunya kompie gw bakalan jenuh kalo yang terjadi cuman monolog alias percakapan satu arah doang.
Karena itu, dipasangnya sound card itu membuat hubungan kita lebih berimbang, sekarang gw bisa ngedengerin keluhan sang kompie.
Tadi gw barusan denger dia ngomong gini :
”Momot cakep deh” *ngareeeeppppp.... (yang nulis menderita halusinasi delusional tingkat tinggi)
Eniweh.., pokona ini kejadian yang harus disyukuri, kerna sekarang gw bisa ndengerin lagu
Apalagi gw dipinjemin headphone gratisan yang ada micnya.
Kalu kata Feli, temen sekantor gw, gw kayak petugas telemarketing.
Yaah, emang gw ini orangnya sangat luwes, jadi apa aja bisa ... *dezziggg

Hepi nomer dua
Setelah penantian tiada akhir dan kemelitan yang menggebu-gebu, akhirnya gw kesampean juga nyobain makan All You can Eat Dim Sum di Eastern.
Trus, lawan maen gw adalah Kenni dan Lydia yang punya selera makan sama ama gw *baca : sama-sama rakus.
Pokona tadi gw enjoy banget dah makan disana.
Ripiu sama harga, nanti aja yak, gw bikinin report kumplit.

Hepi nomer tiga
Na .. ini nih, yang seru.
Jadi kan kemaren tuw gw terima ngemes yang isinya pemberitahuan, kalo QB tuw lagi diskon 70%.
Gw langsung jijingkrakan, soalna pan gw banyak buku yang gw pengen beli, tapi belon kesampean juga, soalna muahal.
Jadi keamren, dengan bernapsu, gw langsung cabut ke QB Sunda abis pulang kantor.
Waktu nyampe sono, ya oroh, tu tempat penuuuuuh pisan, ruame kek pasar malem.
Dengan rada panik gw langsung ngiter-ngiterin rak.
Bener aja, kebanyakan buku yang ada di top wish-list gw udah mabur ada yang mbeli. Di cek ke inventory ternyata emang gada stoknya.
Akhirnya gw terpaksa deh ngiter-ngiter sambil melototin atu-atu judul buku-buku yang dah gak jelas lagi tempatnya.

Perjuangan gw nyari buku lumayan seru, sempat melibatkan adegan tarik menarik yang dramatis antara gw dan dua ibu-ibu yang sama-sama lagi nyari buku masak.
Kemaren tuw gw sampe cakar-cakaran, jambak-jambakan, tarik-tarikan, sambil tereak-terak ”kembalikan keperawanankuuuuu!!!” *halaaahhhhh
Setelah berjuang sambil mengucurkan darah, airmata, airliur dan ingus berleleran, akhirnya gw dapet 11 buku dan Koko Botak beli 4 buku.

List-nya ini nih :

Naval Warfare in the Age of Sail -> ini buku tentang kapal-kapal perang gitu deh. Gw juga baru tau kalu ternyata dia tuh suka kapal, lha wong selama ini gw taunya dia tu demen anjing. Padahal gada hubungannya kan, kapal ama anjing. Mungkin ada juga kali ya, kapal yang bisa kencing di puunan sambil ngangkat kaki satu.

One – Two Punch Boxing Workout -> jangan tanya yak, yang ini pasti bukan gw yang beli, sumpeh susu tumpeh!

The Edge -> tentang latian-latian pitness gitu deh, ini pasti punya Pak Botak juga.

Roasts -> tentang segala panggang-panggangan. Dari terong sampe ikan buntel panggang ada disini

Dim Sum -> nah kalu ini mah udah ketauan kerjaannya Cik Momot

Luscious Lemon Dessert -> segala macem resep kueh dan manis-manis. Gw demen liat gambarnya doang, tapi resepnya mayan kumplit kok, sapa tau ntar kalo rajinnya lagi kumat gw bisa praktek. Yang ada sekarang tu buku malah dipinjem ama Yen Yen alias kakak iparnya co gw. Dia kan emang lagi mo mulei bisnis jualan kueh gitu deh.

Fresh Chinese : Over 80 Healthy Chinese Dishes, yang ini juga sukses dipinjem ama emaknya co gw. Abisnya daripada tu buku nganggur di kamar gw. Yang ada gw ntar malah laper mulu.

The Hunchback of Notre Dame – nya Victor Hugo

River Sutra – ini bukunya yang ngarang orang India, tapi gw gak tau bukunya tentang apa

Waiting for Godot -> kata David temen co gw si bagus, gw juga ga tau, tapi mayan sering denger, dan ternyata ini buku drama gituh

Rabbit Proof Fence -> tentang penculikan anak-anak aborigin di ostrali waktu jaman dulu gitu deh. Ini kisah nyata tentang anak-anak yang berhasil melarikan diri dari penjagaan luar biasa ketat gitu deh. Dulu gw sempet baca cuplikannya di Reader’s Digest, bagus banget

Sickened – tentang anak kecil ayng diabuse sama emaknya. Emaknya kena syndrome MBP (Munchausen By Proxy kalo gak salah). Intinya, tu emak berusaha ngeyakinin orang-orang kalo anak itu tuh punya penyakit berat dan harus bolak-balik ke dokter, di tes ini itu, dikasih obat macem-macem, bahkan kalo eprlu dioperasi. Padahal anaknya tuh sehat-sehat ajah. Horor pisan, soalnya ini cerita beneran.

Chocolat - Salah satu pelem paporit gw, sekarang gw dah kelar baca, pelemnya gak beda jauh ama bukunya.

Magical Worlds of The Lord of The Ring

The Science of Harry Potter -> ini untuk melengkapi kegilaan gw akan segala sesuatu yang ebrbau Harry Potter, jadi yak.., harap maklum aja.

Tuw kan, gimana gw gak hepi, semua kedemenan gw ada.
Ayo maaang, asoy geboy gedebuk enjoy!

Thursday, September 07, 2006

Momot memang masih anak-anak!

Jangan ketawain gw yak.., tapi gw tuw emang punya banyak kebiasaan yang kekanak-kanakan.
Contona:

Buku paporit all time gw : Harry Potter, Little House in the Big Woods (sekarang nambah lagi, Laskar Pelangi sama Sang Pemimpi)

Pelem paporit all time : kartun Cinderella-nya Disney

Kegiatan paporit gw : maen-maen ama ponakan gw sebaya umurnya ama gw, alias baru 2 taon ajah

Kebiasaan laen : suka ngambek dan gampang mewek

Nah, karena jiwa anak-anak gw ituh, wajarlah kalo cita-cita gw adalah pergi ke Disneyland.
Padahal Disneyland pan jauh yak, paling deket aja di Hong Kong.., katana si di Singapore udah mau ada juga, tapi pan judulna jauh juga yak, kan kalu kesana kudu bayar fiskal.

Eh, tau-taunya kemaren di Plaza Selatan Senayan ada Disney Fun Lantern tea, terang aja gw jadi pengen banged pegi.
Alesannya siy gw ngajakin ponakan gw, padahal emang gwnya aja yang kebelet.
Setelah maju-mundur-maju-mundur, akhirnya gw jadi pegi juga kerna takut keburu abis, soalnya menurut informasi, acara ini digelarnya cuman sampe tanggal 10 doang.

Buat orang laen mungkin acara in biasa-biasa ajah ya, tapi gw seneeeeeeeng banget ngeliat cinderella, snow white, tinker bell dan kawan-kawan dibikin lampion warna-warni.
Apalagi kan peginya malem-malem, rasanya gw kayak pergi ke Taman Cahaya gitu deh.
Gw poto-poto sama lampu-lampu warna-warni.
Seneng rasanya bisa have fun tanpa banyak mikir.
Pokona gw serasa balik lagi jadi anak umur sepuluh taon.

Seandeinya acaranya diperpanjang, gw si masi pengin dateng lagi
dan yang jelas, gw masi pengen pegi ke Disneyland.
Apakah ini berarti gw masih anak-anak????

*kalu anaknya segede Momot mah yang ada repot ngasi makan

Dan air mataku pun terburai ....

Kemaren Momot nanis-nanis sesenggukan seharian ...., ada apa gerangan?
Apa Momot abis digebugin karena ketauan maling kolor????
Kagaaaaaa!!!

Kemaren tuw gw emang lagi sensi pisan.
Tengah ari bolong, panas-panas gitu, disaat orang laen bawaannya pengen ngantuk ato pengen marah, gw malah mewek-mewek.
Pokona kalo liat tampang gw kemaren, persis banget sama tampang anak-anak yang ada di poster ratapan Anak Tiri jaman 80-an tea.
Lah emang kenapa cih???
Padahal triggernya tu sepele banget, cuman gara-gara gw eponan ama Koko Botak tea.

Gw gi nanya-nanya gitu tentang poto-potoan yang di Disney Fun Lantern.
Mungkin cara nanya gw yang ngeselin ato gimana, terus tiba-tiba gw yang aga-aga dibentak gitu.
Padahal gw nanyanya dengan semangat tanpa dosa, jelas aja gw shock.
Dengan ngambek trus gw tutup deh epon.
Eh terus aermata gw yang netes-netes sendiri, dan pikiran gw jadi merembet kemana-mana.
Gw jadi mikirin orang rumah, dan tambah penuh lah dada gw ini karena tekanan beban hidup (tsssaahhhh)

Kerna gak tahan, akirnya gw masup ke toilet dan nanis-nanis disana.
Gw juga heran kok gw jadi sendu begini yah?
Seharian itu mud gw jadi kek roler koster gitu deh, naek turun, ajrut-ajrutan enak *mulai ngelantur.

Nah, malemnya kan gw baca bukunya Andrea Hirata yang judulna Sang Pemimpi ..., ceritanya bagus dan mengharukan banged.
Apalagi pas nyeritain bapakna si Ikal pas ngambil rapot ituh, gw jadi inget sama bokap gw sendiri
dan gw pun sesenggukan lagih ....

*Pah, maapin aku yah ...

Monday, September 04, 2006

Momot punya sepatu baru.....

Sejak pindah ke Jakarta, gw berniat untuk rajin ngegym
Dan karena koordinasi mata ama anggota badan lain gw payah (maksudnya paling bego kalo suruh ngikutin gerakan aerobik gituh..), akhirnya gw milih lari di treadmill aja.
Alesannya karena selain soal koordinasi itu tadi, olahraga ini lumayan cepet bakar kalori dan efektif bikin gw jadi seger dan gak gampang capek.

Tapi, ternyata kok sepatu gw nggak mendukung aktifitas gw itu, karena dulu belinya pake mood centil, alias cuman ngeliatin moelnya, tanpa mempertimbangkan fungsinya.
Beneran ajah, hanya dalam waktu sebulan, sepatu gw udah mulai bocel-bocel, tumit sebelah luarnya udah aus, dan lutut gw jadi sering sakit karena sepatu itu nggak ada bantalan udaranya, akhirnya dengkul gw jadi kena benturan yang lumayan kenceng kalo gw lagi semangat lari.

Alhasil, udah dua bula ini gw berenti lari di treadmill dan gw cuman maen cycling ato cross training ajah.
Lah kok nunggunya sampe dua bulan sih?
Soalnya emang duitnya baru ada gituh... hehehe, kan kemaren lagi banyak kebutuhan yang lebih mendesak.

Akhirnya kemaren, gw dengan semangat 45 dateng ke Sport Station Senayan City, karena dua minggu sebelumnya gw dateng kesitu dan semua sepatu nya lagi diskon 50%, termasuk yang new arrivalnya.
Bahkan ada tambahan diskon 10 ato 15% gitu deh, soalnya co gw punya BCA card.
Ternyata, pas gw dateng kesono, diskon yang 50% nya tuh udah nggak ada, gw jadi kaciwa deh.
Mana yang gw taksir kok harganya 500 rebu, kayaknya sayang banget yak.
Padahal bagus banget, motipnya garis-garis warna biru terang gitu, warna kedemenan gw.

Tadinya gw kepikiran buat nyari aja di sports warehouse yang di La Piazza, karena kan sepatu disitu murah-murah, rata-rata harganya paling 200 an, dan SW yang di LP itu gede banget dan lengkapppp.
Eh, Hunny bilang, model yang gw taksir itu keknya udah ada di FO nya adidas yang di Citraland.

Dengan pertimbangan disana juga ada Sports Warehouse, gw pun akhirnya ke Citraland dan masuk ke FO nya adidas itu.
Dan ternyata model yang gw mau itu ada loh! Harganya cuman 300 lagih, tapiiiii...., garis-garisnya warna item, dan warnan garisnya itu bikin si sepatu jadi nggak keren lagi.
Apalagi pas gw cari, nomernya ternyata nggak ada.
Namanya juga FO, kan barangnya rijekan jadi stok terbatas. Malah ada barang-barang aneh-aneh yang cuma ada satu-satu doang.
Udah gitu, nerimanya cash doang lagih.

Gw coba lagi melototin model-model sepatu yang ada disitu, ternyata lumayan-lumayan kok, malahan sneakersnya lucu-lucu dan antik-antik.
Pas gw lagi binun liat sini liat sana, tiba-tiba si Hunny nyodorin ke gw sepasang sepatu lari yang warnanya biru + silver gitu, dan solnya tuh nggak padat, tapi bolong-bolong gituh...
Kereeeeeeeeennnnnnnn deh pokoknya.
Apalagi warnanya itu nyala banged tapi nggak norak...
Pokoknya gw jatuh tjinta berat deh.

Nggak pake lama, gw langsung minta dicariin nomernya sama petugasnya.
Gw asik banget ngeliatin tuh sepatu, sambil ngomong...,"gila keren bangeeeeeddddd"
Eh, petugas kasirnya langsung nyaut..., "kayak yang jual ya Mbak??"
Gw sempet bengong dibilangin gituh, karena pas gw ngangkat kepala, yang keliatan di muka gw tuh adalah sebentuk wajah ancur, dengan rambut di cat pirang, persis kayak tukang ojek kebanyakan maen layangan gitu deh.
Untungnya si mas-mas itu nyadar sendiri sambil bilang ..., "males banget ya Mbak.."
hehehe, untung deh mas, kalo nyadar, kan gw mu ngomong juga nggak tega gitu loh...

Singkat cerita, nomor yang gw minta pun di kasih, dan pas gw coba, ternyata paaaaaassss banged.
Gw pun semangad dan langsung sumringah...
tapi pas gw neliat harganya..., gw langsung senyum-senyum gag jelas gitu.
Gimana enggak, harganya itu sedikit diatas sepatu yang di Senayan City itu.
Padahal kan gw kesini tadinya mau nayri yang lebih murah...

Tadinya gw udah maju mundur gitu, sambil si Hunny ngegoda-godain gw, soalnya tampang gw tuh udah mupeng banged, tapi kalo mikir ngeluarin duitnya kok gw aga-aga sayang yah????
Apalagi di kasirnya ada tulisan Cash Only.
Tapi si Hunny nih malah tambah semangad nyetanin gw.
Rupanya, nggak cuman cewek aja yang pinter ngomporin, cowok gw juga.

Penyakit gw tuh gitu, apalagi kalo nyari sepatu.
Gw tuh dari jaman dulu paling susah deh cari sepatu, apalagi dulu waktu di Pekalongan.
Gw inget tuh, waktu itu gw lagi nyari sepatu buat sekolah, dan gw ketemu satu sepatu yang gw naksir banget.
Udah diubek-ubek seluruh toko sepatu di Pekalongan, tetep aja gak nemu
*Hiks, jadi inget bokap yang dengan rela nemenin gw naek motor muter-muter pekalongan nyari sepatu yang gw demen.
Akhirannya gw beli nemu juga yang laen, dan gw lumayan demen, tapi sampe sekarang tuh gw masih inget sepatu yang gw pengen tapi nggak ada ukurannya itu.
Na bisa dikira-kira deh, kalo gw duah tjinta ama satu sepatu tuh kayak gimana ngototnya...
Apalagi ukurannya ada dan pas banged sama kaki gw.
Akhirnya gw beli juga deh tu sepatu, terutama setelah denger cowok gw ngomong,
"Kalo saya mah gak pake mikir, langsung beli..." sambil ketawa-ketawa seneng bin jail.

Yaaah, sekarang gw punya sepatu baru deh...
Modelnya keren, warnanya gw banged....
Dan ehmmm, enak dipakenya bow....,
Jadinya sambil lari di treadmill gitu yah, gw jalannya nunduk muluw...
Bukannya nyari duit tapi ngeliatin sepatu *norak banged

Tapi, gw seneng banged dah.
Sekali-kali deh give credit to myself, biar gw nya juga semangad olahraga *amiiiiiinnnn
Hidup Sepatu Baru!!!!!

Churrasco Brazilian Barbecue - Senayan City

Udah lama penasaran sama tempat ini karena gw memang doyan sama segala macam resto yang bertema All You can Eat, maklum lah, namanya juga gembul *pembenaran.

Pertama kali sih ngeliatnya di La Piazza, tapi pas mampir ke Senayan City, kok ada juga dibawah.
Yo wes lah sekalian gw nya juga cari sepatu.

Tempatnya adanya di Lower Ground.
Ruangannnya lumayan gede, tapi jumlah mejanya nggak terlalu banyak, jadi enak lah, gak crowded.
Musiknya, brazillian gitu, ada bossa nya juga.
Pokona asik lah buat nongkrong, nggak berisik lagih.
Dapurnya ketutup sama kaca butek, yang keliatan dari luar cuman atap oven doang.
Padahal kalo resto bbq gini, harusnya open kitchen yak, biar orang-orang tergoda sama bau bbq yang baru mateng gituh...

Eniweh, di sekeliling dapur itu tadi ada meja buffet yang isinya macem-macem.
Pertama kita liat, sempet kaciwa juga...
Loh??? Katana bbq, kok dagingnya cuman dikit???
Koreksi, bukan cuman dagingnya yang dikit, jenis makanannya emang nggak banyak...
Emmmhhh , apa aja yah????
Nih, di meja buffet itu ada :

Tumis kacang merah : rasanya asem manis gurih kayak saus bolognese, ada daging gilingnya juga kok

Tumis lidah sapi : rasanya mirip semur lidah, dan lidahnya empuk banget

Tumis seafood : isinya cumi, tapi rasanya kok kayak cumi asin gituh ya, nggak fresh, dan baunya rada menyengat, jadi gw nggak terlalu doyan

Nasi : ini khusus buat perut endonesa kali yak, gw sih nggak nyoba, tapi keknya udah ditumis juga deh pake olive oil

Spaghetti aglio olio : spaghettinya ditumis pake olive oil dipakein irisan cabe gitu deh..., enak dan wangi

BBQ Chicken Wings : sayap ayam dibumbuin manis pedes, enakkk, soalnya bumbunya bener-bener meresap sampe ke dalem

Cheese Puffs : bentuknya kayak kue mangkok kecil, warnanya kekunngan dan mengkilat, kalo digigit dalemnya agak kopong, dan agak-agak asin keju gitu deh. Enaaakkkk

Kebab : semacam sate gituh, isinya irisan daging, sosis, chicken ham, jamur dan bawang. Kalo mau ambil kudud dicopotin dulu, soalnya tusukannya dari besi.

French Fries

Pangsit: loh kok ada pangsit???? Iya, soalnnya gw gak tau namanya, pokoknya bentuknya kulit pagnsit digorenng berbentuk mangkok gituh, trus didalemnya diisi tumisan jamur ditaburin keju parut, enak deh!

Pisang goreng : digorengnya pake bread crumbs, jadi bentuknya kaya banana katsu gituh, trus makannya ditaburin brown sugar sama sirup coklat.., manis dan legit buat dessert

Salad : pilihan saladnya nggak banyak, cuman ada timun, telur, buncis, sama selada, dressingnya thousand island

Buah : cuma ada semangka, melon sama pepaya, tapi melonnya enak banged loh..., maniiissss

Pas kita udah ngambil-ngambil gituh, pas balik ke meja.., loh? kok diatas meaj udah disediain piring beserta sepiring bumbu bbq, apakah makanannya gini doang?
Tanya punya tanya, ternyata yang ada di buffet itu cuman side dish doang, sementara makanan utamanya yaitu bbq, bakalan diiderin oleh chefnya.

Beneran aja deh.., nggak lama kemudian seorang chef dateng sambil bawa piring yang isinya serenteng tusukan dari besi yang panjangnya kira-kira setengah meter.
Yang ditusuk-tusuk itu apa yah????
Ternyata irisan sosis sama gulungan chicken ham yang bentuknya mirip sosis juga.

Nggak lama kemudian, chef lain dateng, bawa tusukan lagi, kali ini isinya daging, menurut chefnya, yang satu sirloin, yang lainnya topside.
berhubung gw ngajak mahluk pemakan daging botak yang adalah Hunny alias cowok gw, empat potong daging pindah ke piring kita.
Pas makan sirloin steak sih gw tenang-tenang aja, nah pas motong topside-nya ituh... ih kok dagingnya masih merah-merah gituh
Gw langsung ilang selera, tapi si Hunny malah semangat, soalnya katanya enak dan juicy.
Pas gw nyobain, wuah muka gw langsung merah ijo gituh, walopun rasanya biasa aja, tetep aja kebayang daging yang merah-merah itu sama gw....
Maklum lah lidah endonesa, biasanya makan rendang disuruh makan steak medium well gt gw nggak doyan...

Karena udah 'ketipu' makan side dish banyak-banyak, gw udah rada kenyang waktu yang laen-laen dateng.
Kayaknya ada chicken juga, tapi gw nggak nyobain.
Tadinya gw pesen lamb, tapi abis.
Pas pesen ribs..., eh ditunggun nggak dateng-dateng hampir setengah jam, sampe akhirnya gw nyerah dan gw pulang.
Malah gw nyobain bbq pineapple, nanas bulet-bulet yang udah dikupas, ditaburin sama brown sugar terus dipanggang dan diirisin.
Rasanya??? Enak banget..., panas-panas manis gituh.
Kurangnya cumans atu : nggak pake cinnamon...,mungkin resep aslinya nggak gitu kali yah, tapi pasti bakalan lebih wangi kalo digituin.
Trus yang lucu lagi ada pisang bakar juga, jadi dibakarnya masih sama kulit-kulitnya gituh.
Setelah ditaro di piring, baru gw nyadar, ini kan pisang burung???
Hehehe, aslinay sih gw doyan pisang burung (kalo gw di pekalongan suka bilang pisang sobo), apalagi kalo udah mateng dan dimakannya gitu aja.
Aslinya psiang burung ini enak juga dibuat kolak ato pisang goreng.
Tapi pas dimakan, syangnya kok pisangnya rada anyep, tapi rasnya sih mirip pisang rebus gitu deh.

Puas makan-makan, kita udahan deh, abisnya perut udah penuh banget.
Harga AYCE nya 59.000 per orang, ditambah minuman free flow yang harganya rata-rata 15.000 per orang.
Pilihannya ada Ice Lemon tea, Ice Tea, Mineral Water, sama apa yak? Pepsi kalo gak salah.
Pkoknya gitu deh.
Berdua kemaren kita habis 180.000 karena ada tax dan service charge 15.5%

Buat gw yang gak terlalu doyan daging, makan disitu ya lumayan enak, tapi nggak bikin nagih, akrena gw cuman penasaran ajah.
Kalo gw sih lebih milih makan dim sum atau sushi AYCE, namanya juga perut asia.
tapi kalo yang hobi makan steak, pasti bakalan puas deh makan disini.

Kamarku Udah Bersih

Yaaakkkk, setelah tiga bulan pindah, akhirnya kamar gw beres juga.
Gara-garanya apalagi kalo bukan males.

Memang waktu pindah dari Karawang ke Jakarta kemaren, barang yang paling mendominasi isi kamar gw adalah buku dan majalah, jumlahnya sampe lima kontener 60 liter.
Tadinya gw ngerasa sayang ngebuang majalah-majalah gw, karena gw suka banget baca-baca majalah lama, dan juga karena tadinya gw mau jadiin salah satu majalah itu buat bahan skripsi.
Lama-lama gw pikir-pikir, toh buku-buku yang udah gw masupin kontener itu nggak pernah gw keluar-keluarin lagi, itu atinya, selama ini gw nggak make buku-buku itu.
Akhirnya..., kemaren hari minggu, seharian gw sibuk ngebongkarin kontener-konterner gw itu.
Majalah-majalah : Intisari, Femina, T&T (majalah HP), Swa, Marketing, Mix, Cakram dan yang paling banyak Cita Cinta gw buang semua.
Gw beresin dari jam 6 pagi sampe jam 3 sore.
Lah kok lama amad? Kan cuma ngebuang????
Setelah gw pikir-pikir, kan gw ini paling suka baca artikel tentang kuliner sama jalan-jalan, jadi akhirnya artikel-artikel itu, sam resep-resep makanan, gw copotin dulu, baru majalahnya gw buang.

Hasilnya.., gw puas banged, kamar gw jadi rapi, nggak terlalu banyak buku dimana-mana, dan sekarang project gw tinggal meng-compile artikel-artikel itu jadi satu buku resep dan satu buku jalan-jalan.
Tapi ada satu majalah yang nggak gw buang... Reader's Digest.
Gw tjinta banged sama majalah ini, karena ini majalah bahasa inggris pertama yang gw baca.
Dulu waktu jaman gw SMA, gw dikasih buku ini sama temen se kost gw yang namanya
Mbak Eva Hutauruk.
Majalah itu nggak bosen-bosennya gw baca, dan isinya tuh menurut gw nggak pernah out-of-date karena temanya humanis banged.
Pokona Ai Lop RD pisan lah judulna.

Pada dasarnya gw emang betah leha-leha di kamar (baca : doyan ngebo), apalagi kan gw anak kost jadi ya ruang pribadi gw ya cuman di kamar itulah.
Apalagi sekarang kamar gw udah rapih, jadi gw tambah betah deh berlama-lama di kamar.