Friday, October 24, 2008

Karimun Jawa – Day 3

Ketika saya bangun seluruh wisma masih senyap. Saya duduk di gazebo sambil mengamati berkas-berkas cahaya pertama muncul di ufuk timur. Matahari kembali tersaput awan sehingga sunrise tidak sepenuhnya terlihat. Satu persatu teman yang lain muncul sambil membawa kamera masing-masing. Pelajaran moral dari perjalanan ini adalah, dimana ada kamera, disitu ada keramaian. Begitu para fotografer mengeluarkan kamera mereka masing-masing, sontak teman-teman lain menyambut antusias jepretan kamera dengan berbagai pose andalan. Walaupun tampang-tampang yang eksis bisa dibilang itu-itu saja, dan saya salah satu diantaranya. Bakat narsis memang sulit ditahan, apalagi suasana keakraban yang terjalin sangat mendukung untuk memunculkan sifat-sifat memalukan kami yang mungkin selama ini tersembunyi. Belum lagi sebagian besar peserta ternyata juga memiliki kegilaan dan kenekatan masing-masing. Beberapa diantaranya adalah Arianne dan Adri yang nekat nyemplung ke kolam untuk bercengkerama dengan hiu. Hiu-hiu itu sama sekali bukan bahan kekhawatiran karena mereka tampaknya jinak dan takut manusia. Yang mengkhawatirkan adalah karena kolam tempat hiu itu dkelilingi kamar-kamar kami yang memiliki kamar mandi dan toilet di belakangnya. Saya sempat tergoda ingin menceburkan diri juga, namun mengingat lokasi pembuangan dan kolam yang terlalu dekat, saya urung.



Setelah sarapan lontong ayam, kami diberi kesempatan naik banana boat yang sudah termasuk dalam paket perjalanan kali ini. Satu boat diisi 5 orang dan ditarik kapal motor berkekuatan 40PK. Walaupun cukup seru tapi permainan ini rasanya kurang lengkap karena tidak pakai acara terbalik. Padahal saya menunggu-nunggu momen seru dicemplungkan ke laut ini. Mungkin kekuatan motor terlalu kecil karena kapal penarik kelihatan agak kewalahan untuk membelokkan arah boat. Selesai naik perahu pisang, kami bersiap-siap lagi ke pulau Menjangan (besar atau kecil yah?) untuk kembali snorkeling



Tiba di lokasi, ada rombongan lain yang sedang main banana boat juga disana. Kami snorkeling sambil memberi makan ikan dibawah laut. Waktu sedang asik, tiba-tiba saya merasakan sengatan di jari kelingking yang perih dan panas, seperti digigit semut. Padahal saya tidak menyentuh apapun saat itu, semakin menjadi jika tangan berada di dalam air, namun mereda jika tangan saya angkat. Untungnya tidak berlangsung lama walaupun cukup membuat was-was.

Grup kami lalu dibagi dua, sebagian menikmati pemandangan bawah laut dengan glass-bottomed boat. Sebagian lain ditumpuk di perahu yang diisi melebihi kapasitasnya sehingga perahu itu oleng kesana-kemari. Lebih-lebih, acara utama hari itu rupanya bergaya ugal-ugalan sambil terjun dari atas perahu. Lama-lama ketinggian loncatan makin bertambah. Mula-mula dari sisi perahu, lalu dari anjungan atas, lama-lama ada yang nekat terjun dari atap perahu sambil bersalto. Kegaduhan biasanya terjadi jika salah satu dari kami mentas dari laut, atau mengambil posisi siap terjun. Kapal langsung oleng nyaris terbalik. Tadinya saya agak ragu-ragu, tapi momen ‘terbang’ yang diabadikan sepertinya sayang untuk dilewatkan. Akhirnya saya memberanikan diri dan malah akhirnya ketagihan. Waktu pose yang tertangkap kamera ternyata kurang oke, tanpa ragu saya mengulang terjun lagi. Terjangan air asin yang membuat mata dan pangkal tenggorokan terasa panas tidak menghalangi niat untuk mengulangi terjun.

Tapi lama-lama saya kelelahan juga dan kepala mulai pening karena alt snorkel yang saya pakai menekan dahi, serta terkena paparan sinar matahari yang mulai terik. Rombongan pun bertukar tempat ke glass boat yang dikendarai oleh dua orang abk beserta seorang wanita bule. Sepertinya dia pemilik kapal karena ikut terus dengan perjalanan semua grup. Waktu dia berdiri di depan saya, saya perhatikan kulitnya penuh dengan ruam merah dan kulitnya mulai mengelupas. Beberapa kali ia menggaruk-garuk beberapa bagian, sepertinya dia terserang penyakit kulit yang parah, membuat saya begidik gatal.



Dengan glass boat kami meneruskan perjalanan ke penangkaran hiu yang letaknya sebenarnya tidak jauh dari wisma apung kami. Karena pemasaran, akhirnya saya nyemplung juga ke kolam itu walaupun keadaannya tidak jauh beda dari kolam di wisma apung, dengan pertimbangan setelah itu saya langsung kembali ke wisma dan mandi sebersih-bersihnya. Tapi ketika kembali ke kapal dan melihat lagi si wanita bule itu, mau tidak mau badan saya jadi ‘gemremet’, seolah-olah gatal karena pengaruh sugesti padahal tidak ada apa-apa.



Makan siang hari terakhir itu tidak diselenggarakan secara komunal karena kami harus menyambi mandi dan membereskan barang untuk segera meninggalkan tempat itu. Yang saya salut dari rombongan ini, semuanya tepat waktu, tidak ada yang berlambat-lambat dan membuat orang lain menunggu. Saat kembali ke dermaga di Karimun Jawa, mobil yang mengangkut rombongan saya tidak berhenti di toko suvenir, padahal ternyata disana dijual gelang-gelang kayu yang merupakan asesoris favorit saya.



Akhirnya kami harus meninggalkan tempat itu juga. Kapal KMC Kartini yang membawa kami kembali ke semarng bertolak pukul 13.00 tepat. Sejak pertama ombak cukup besar, karena merasa sangat pusing saya memaksakan diri tidur dengan bantuan antimo. Sekitar 2 jam tertidur, goyangan kabin tertnyata tidak kunjung mereda sehingga saya pindah ke buritan untuk mencari udara segar. Benar saja, rasa pusing berkurang sebegitu kami berada di luar ruangan. Rupanya banyak penumpang yang berpikiran sama karena tidak lama kemudian penumpang disarankan kembali ke kabin karena penumpukan kapal di buritan menyebabkan kecepatan kapal terganggu. Tidak kehilangan akal, kami pindah ke anjungan kapal sambil menunggu matahari terbenam yang ternyata tidak tampak karena tertutup awan. Perjalanan kali itu memang jauh lebih lambat karena ombak besar. Tiba di pelabuhan Semarang hari sudah malam dan hujan turun alaupun tidak terlalu lebat. Beberapa anggota yang melanjutkan perjalanan sendiri berpisah di sana. Padahal rasanya masih ingin melanjutkan kumpul-kumpul. Tapi berkurangnya anggota rombongan ternyata membawa keuntungan tersendiri karena saya jadi menempati dua kursi sendiri dan mendapat ruang cukup leluasa di dalam bis.



Walaupun tidak ada di itinerary, kami menyempatkan mampir sebentar di pandanaran untuk membeli oleh-oleh. Lumayan, ada makanan untuk pengganjal perut sebelum kami makan malam. Saya hanya membeli sedikit oleh-oleh untuk teman-teman kantor dan adik saya. Walaupun merk paling beken saat ini adalah Bandeng Juwana, sebenarnya saya lebih menyukai merk Presto yang biasa dibeli keluarga sejak saya kecil. Harganya memang lebih mahal tapi menurut saya rasanya lebih cocok dengan selera. Toko oleh-oleh yang merupakan pionir oleh-oleh khas semarang itu sekarang justru sepi, mungkin karena selisih harganya yang lumayan. Sayangnya saat itu tidak tersedia bandeng ukuran besar yang saya cari, sehingga akhirnya saya membeli di toko Juwana yang saat ini merupakan sentra oleh-oleh paling ramai di Semarang.



Kami melanjutkan perjalanan, dan berhenti sejenak di Bukit Indah yang kami datangi pada pagi sebelum kami ke pelabuhan. Kali ini saya tidak berselera melihat makanan yang khusus disiapkan untuk rombongan seluruh bis Shantika sehingga saya membeli makanan sendiri. Harganya di mark-up gila-gilaan, setara dengan harga makanan di food court Jakarta dengan kualitas jauh di bawahnya.



Sepanjang perjalanan Semarang – Jakarta, saya terkatung-katung antara tidur dan terjaga. Malah saya sempat mimpi naik bis juga, sungguh mimpi yang tidak kreatif sama sekali. Karena kepadatan di perjalanan, waktu tiba molor dari jadwal perkiraan. Seharusnya jam 5 kami diperkirakan tiba di Terminal, tapi pukul 4.30 kami baru masuk Cikopo. Tol Cikampek pun ternyata padat sehingga kami baru tiba pukul 8. Rasa ngantuk, lelah, ditambah keinginan libur lebih lama membuat kami malas harus kembali kerja. Selamat datang ke dunia nyata karena inilah kehidupan sehari-hari. Kata-kata perpisahan diucapkan, diiringkan dengan janji-janji untuk bertemu kembali dan tetap menjaga hubungan pertemanan yang terjalin begitu manis dalam waktu demikian singkat. Perjalanan boleh berakhir tapi persahabatan tetap akan berlanjut. See you guys soon, jangan lupa datang kopdar dan bagi foto-fotonya ya!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home